Photobucket

Senin, 08 Agustus 2011

SEDIHNYA, ORANG KONFORMIS SERINGKALI MENANG LAWAN IDEALIS

"The Wind that Shakes the Barley" adalah seorang film tentang kisah perjuangan bangsa Irlandia melawan kaum kolonial Inggris pada awal abad ke-20. Uniknya, film tentang patriotisme negara Irlandia itu disutradai oleh orang Inggris sendiri, Ken Loach. Salah satu hal yang menarik dalam film tersebut adalah mengisahkan dua pejuang kakak beradik yang berbeda jalan, yakni Teddy dan Damien O'Donovan.

Keduanya pada awalnya merupakan mereka yang saya golongkan sebagai kaum idealis dalam menentang penjajahan imperialisme Inggris. Mereka melakukan gerilya yang efektif yang merupakan kesatuan dari perjuangan bangsa Irlandia ketika itu sehingga berhasil memaksa pemerintah Inggris untuk melakukan perundingan dengan perwakilan dari Irlandia.

Perundingan antara kedua belah pihak yang bertikai itu akhirnya menetapkan perjanjian damai yang bersifat kompromistis, antara lain Irlandia diakui sebagai negara merdeka (Irish Free State) tapi tetap harus mengakui kesetiaannya kepada Kerajaan Inggris.

Perjanjian itu akhirnya juga mengakibatkan kedua kakak beradik, Teddy dan Damien, mengambil jalan yang berbeda. Teddy memutuskan menjadi seorang konformis dan mengakui isi dari perjanjian tersebut, sedangkan Damien memutuskan tetap teguh menjadi idealis-radikal dengan tetap tidak mengakui isi perjanjian itu dan menginginkan Irlandia yang 100 persen sepenuhnya merdeka dari cengkraman Inggris.

Dari hanya berbeda pendapat, keretakan itu semakin lama semakin membesar sehingga antara Teddy dan Damien juga harus saling bertempur satu sama lain yang mengakibatkan Damien ditangkap dan akhirnya ditembak mati oleh regu tembak yang dipimpin oleh Teddy. Sikap idealis Damien yang teguh, bahkan cenderung keras kepala, mengakibatkan sang patriot Irlandia ini harus tewas di tangan bangsanya sendiri.

Sedihnya, orang konformis memang seringkali menang melawan idealis. Orang yang mau berkompromi dengan situasi dan keadaan sekitar biasanya adalah mereka yang lebih mudah beradaptasi dibanding para idealis yang memiliki impiannya sendiri sehingga kerap tidak mau berkompromi. Tidak hanya di Irlandia awal abad ke-20, kaum konformis yang seringkali menang melawan kaum idealis juga kerap kita hadapi di berbagai situasi sehari-hari, baik di arena politik maupun di kancah percaturan dunia kerja.

Namun, memang mungkin sama sekali tidak adil bila umat manusia ini dianggap dapat dibagi secara kaku menjadi dua yaitu kaum konformis dan kaum idealis. Hal ini karena identitas seseorang bukanlah sesuatu yang utuh, ia juga bisa berubah-ubah seiring waktu dan berbagai pengalaman yang dihadapi orang tersebut. Aku pun kerap menjadi kompromis, dan begitu juga kerap menjadi seorang idealis.

Hal yang aku pelajari dari film "The Wind that Shakes the Barley" itu adalah orang idealis akan kalah melawan orang konformis bila ia terlalu radikal dalam mengambil sikapnya. Teoriku, bila seorang idealis mau saja mengambil sedikit saja kompromi tanpa tergelincir menjadi seorang konformis, barangkali keberhasilannya dalam memperjuangkan idealisme-nya akan lebih berhasil.

Baik tokoh Teddy yang dimainkan oleh Padraic Delaney maupun Damien yang dimainkan oleh Cillian Murphy menurut aku berhasil dalam mengangkat sosok dua patriot Irlandia yang terpecah. Film yang dikeluarkan pada tahun 2006 itu juga meraih Palme d'Or pada Cannes Fil Festival pada tahun yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar