Photobucket

Rabu, 17 Agustus 2011

MENUNGGU KONSISTENSI KOPAJA AC S-13

Pada Senin (15/8) yang lalu, aku sempat pulang dengan menggunakan angkutan umum yakni bus Kopaja S-13 (Ragunan Belakang - Slipi). Kopaja ini sekarang menjadi perhatian karena merupakan armada pertama dari Kopaja yang menggunakan AC. Selain itu, pihak pengelola Kopaja juga menjanjikan bahwa Kopaja AC ini juga bertujuan antara lain untuk menyuguhkan armada transportasi publik yang nyaman dan tidak ugal-ugalan.

Tujuan yang mulia. Apalagi bila melihat kelakuan (sebagian) pengemudi bus Kopaja, Metromini, Koantas Bima, dkk,  yang sering menyetir dengan seenaknya dan berhenti untuk menurunkan para penumpang di tengah jalan, bahkan saat bus itu masih belum berhenti sepenuhnya. Sebagai orang yang setia dalam menggunakan angkutan umum sehari-hari, kekesalan dan kekecewaan juga kerap kurasakan bila para penumpang di-"oper" (istilah yang bermakna bahwa satu bus menurunkan seluruh penumpang untuk diangkut ke bus berikutnya yang memiliki rute tujuan yang sama atau setidaknya searah).

Untuk oper-mengoper ini (khusus untuk rute Sudirman-Thamrin), berdasarkan pengalamanku, aku melihat Kopaja 19 (Tanah Abang-Ragunan) lebih sering meng-"oper" penumpang dibanding Metromini 640 (Tanah Abang-Pasar Minggu). Tetapi bukan berarti Metromini 640 tidak pernah mengoper, karena aku juga pernah melihat hal tersebut. Tindakan "oper" seperti itu sangat tidak manusiawi, dan memperlakukan manusia seakan-akan seperti barang atau benda mati yang bisa dipindah-pindahkan begitu saja..

Saat aku naik Kopaja AC S-13, sempat kaget juga karena pintu masuknya ada semacam besi berputar seperti kalau kita ingin memasuki sejumlah pusat perbelanjaan atau tempat wisata. Tempat duduknya juga relatif lebih lega dibanding Kopaja seperti biasanya. Dan jumlah penumpang juga tidak sebanyak dengan jumlah penumpang di Kopaja reguler (padahal aku naik pada jam-jam sibuk..). Tentu saja sesuai dengan namanya, AC juga merupakan keunggulan utama dari armada baru tersebut :)

Sepanjang perjalanan aku juga merasakan banyak kelebihan. Seperti laju Kopaja AC yang tidak ngebut karena memang bus ini tidak memakai setoran tetapi sang sopir dan kondektur digaji oleh perusahaan sehingga mereka tidak dipusingkan soal setoran. Selain itu, idealnya mereka memang berhenti di setiap halte. Tapi sayangnya, masih ada saja penumpang yang tidak peduli dan sengaja memberhentikan Kopaja AC tidak pada tempatnya yaitu di halte (atau dekat dengan halte..)

Aku juga mengetahui bahwa di Kopaja AC S-13, para penumpang masuk lewat pintu depan dan keluar melalui pintu belakang. Sistem seperti itu menurut aku cukup bagus karena membuat alur keluar-masuk orang menjadi lebih teratur. Tetapi harus diingat pula bahwa sistem tersebut baru dapat berjalan dengan baik bila kondisi di dalam bus tidak sesak atau singkatnya tidak ada yang berdiri. Untunglah aku juga mengetahui bahwa bila tempat duduk telah penuh, maka kondektur akan menempelkan di kaca depan tulisan "Maaf Sudah Penuh".

Secara keseluruhan, Kopaja AC S-13 hingga tulisan ini diturunkan mampu menjawab persoalan penumpang yang ingin menggunakan moda transportasi bus berukuran menengah dengan nyaman dan aman. Mudah-mudahan saja konsistensi ini akan dapat terus berlanjut dan kalau bisa pula agar armadanya diperbanyak. Karena hingga kini, aku melihat masih lebih banyak Kopaja reguler di rute yang sama dibanding dengan keberadaan Kopaja AC.. Sepertinya jumlah armada yang diperbanyak memang layak menjadi solusi utama bagi persoalan yang dihadapi angkutan umum yang lahir pascareformasi (contohnya selain Kopaja AC adalah "busway" atau transjakarta :)

Ciputat, 17 Agustus 2011

SELAMAT HUT KEMERDEKAAN KE-66 UNTUK INDONESIA..
VIVe La LIBERTe..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar