Photobucket

Senin, 01 Agustus 2011

AWAL PUASA, MENGENANG TRAGEDI SITU GINTUNG

Alhamdulillah aku masih ditakdirkan untuk bertemu lagi dengan bulan Ramadhan. Shalat tarawih pertama aku laksanakan pada Ahad (31/7) malam di masjid dalam kompleks perumahan tempat tinggalku. Suasananya cukup ramai (mungkin karena masih awal Ramadhan). Imamnya juga masih melantunkan surat-surat Al Qur'an dengan syahdu, tetapi karena keterbatasan usia mungkin suaranya tidak dapat segegap-gempita dahulu. Ini juga membuat aku sangat grogi karena di jadwal imam tarawih ada namaku yang tercantum (padahal bacaanku masih jauh dari sempurna seperti para imam yang telah ahli itu..). Untung hanya untuk satu hari (satu hari aja udah panas dingin dari sekarang, hehehe..) Mudah2an semua berjalan lancar dan tidak ada yang kecewa saat waktu itu tiba, amin ya robbal alaminnn...

Pas pagi di hari pertama puasa aku juga sempat memotret suasana Situ Gintung (dekat dengan rumahku) yang dahulu pernah menjadi sorotan berita karena jebolnya tanggul Situ Gintung pada 27 Maret 2009 sehingga menewaskan lebih dari 90 orang. Ketika hari nahas itu terjadi, aku ingat terperangah pada saat pertama kali melihat Situ Gintung yang biasanya penuh dengan air ternyata menjadi kosong melompong. Aku juga ingat liputan selama tiga hari berturut-turut bersama wartawan lain memantau kerusakan dan juga berita datangnya lagi mayat yang ditemukan setelah terseret arus derasnya air yang mengalir karena jebolnya tanggul. Aku ingat pada hari pertama liputan itu aku melaksanakan Shalat Jumat di lantai 2 salah satu gedung Universitas Muhammadiyah Jakarta sedangkan di lantai 1-nya banyak jenazah dan warga yang mencari-cari apakah ada di antara para jenazah itu terdapat anggota keluarganya yang masih hilang atau belum ditemukan..

Pada akhir hari pertama liputan itu aku akhirnya membuat tulisan bertajuk "Ketika 'Tsunami Kecil' Muncul dari Situ Gintung". Berikut di bawah adalah secuplik dari tulisan tersebut.

"Seperti 'tsunami kecil'".


Kalimat tersebut terdengar dari seorang warga yang baru saja melihat parahnya kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana banjir bandang yang disebabkan jebolnya Tanggul Situ Gintung di daerah Cirendeu, Ciputat, Tangerang, Provinsi Banten.


Peristiwa jebolnya tanggul itu sendiri terjadi sekitar pukul 02.00 WIB. Sedangkan menurut pengakuan warga yang selamat, mereka seperti mendengar suara gemuruh dan seperti gempa bumi sekitar pukul 04.00 WIB, Jumat, sebelum azan subuh.


Jebolnya tanggul tersebut disebabkan antara lain oleh turunnya hujan berintensitas tinggi sejak Kamis (26/3) sore hingga malam hari yang mengakibatkan meluapnya debit air di Situ Gintung.


“Saya mendengar bunyi pintu seperti digedor-gedor, ternyata itu adalah derasnya aliran air dari Situ Gintung,” kata seorang warga, Ghufron (17).


Ghufron mengaku bisa menyelamatkan diri karena berhasil mencapai atap rumah, begitu pula dengan sejumlah anggota keluarganya yang lain.


Namun, lelaki yang matanya tampak sembab itu mengaku masih belum bisa menemukan keponakannya yang masih bayi.


Bahkan, seorang warga, Kartini (45), mengaku bahwa air tiba-tiba menghadang rumahnya dengan ketinggian sekitar 10 meter.


Kartini juga tidak bisa menahan tangisnya ketika dirinya masih belum bisa mengetahui nasib dan keberadaan dari beberapa orang tetangganya...

Namun kini, pembangunan dam atau bendungan baru yang lebih kokoh telah dilakukan dan air juga telah kembali mengisi Situ Gintung. Sayangnya aku tidak sempat memotret ke daerah dam baru tersebut tetapi hanya di tepi Situ Gintung saja.. Mudah2an tragedi yang sangat mengenaskan itu tidak pernah terulang kembali, aminnn...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar