Bagi pembaca yang membaca tanggapan filsuf besar Yunani Kuno, Plato, dalam mahakaryanya, The Republic, mungkin akan terkejut dengan rasa kebenciannya yang besar terhadap puisi. Ia dengan semena-mena membagi garis peperangan antara Puisi dan Filsafat dan menyimpulkan bahwa Filsafat jauh lebih baik daripada Puisi. Alangkah ironisnya pemikiran bersifat hitam-putih ini muncul dari seorang filsuf yang dipuji Filsuf Inggris Alfred North Whitehead (1861-1947) bahwa "tradisi filsafat Eropa berisi rangkaian catatan kaki dari pemikiran Plato".
Berikut adalah pemikiran tentang Plato tentang Puisi yang aku kutip dari terjemahan bahasa Inggris The Republic oleh Francis MacDonald Cornford (Oxford University Press, 1941, 1961). "The stories in Hesiod and Homer and the poets in general, who have at all times composed fictious tales and told them to mankind. Which kind are you thinking of, and what fault do you find in them? The worst of all faults, especially if the story is ugly and immoral as well as false-misrepresenting the nature of gods and heroes, like an artist whose picture is utterly unlike the object he sets out to draw (Buku IX)".
"If a poet writes of the gods in this way, we shall be angry and refuse him the means to produce his play. Nor shall we allow such poetry to be used in educating the young, if we mean our Guardians to be godfearing and to reproduce the divine nature in themselves so far as man may (Buku IX)"."Between ourselves-for you will not denounce me to the tragedians and the other dramatists-poetry of that sort seems to be injurious to minds which do not possess the antidote in a knowledge of its real nature (Buku XXXV)".
"Here is a question, then, that we may fairly put to Homer of any other poet. We will leave out of account all mere matters of technical skill: we will not ask them to explain, for instance, why is that, if they have a knowledge of medicine and not merely the art of reproducing the way physicians talk, there is no record of any poet, ancient or modern, curing patients and no record of any poet, ancient or modern, curing patients and bequething his knowledge to school of medicine (Buku XXXV)".
"We have, then, a fair case against the poet and we may set him down as the counterpart of the painter, whom he resembles in two ways: his creations are poor things by the standard of truth and reality, and his appeal is not the highest past of the soul, but to one which is equally inferior. So we shall be justified in not admitting him into a well-ordered commonwealth, because he stimulates and strengthens an element which threatens to undermine the reason. As a country may be given over into the power of its worst citizens while the better sort are ruined, so, we shall say, the dramatic poet sets up a vicious form of government in the individual soul (Buku XXXVI)"."Let us tell her further that there is a long-standing quarrel between poetry and philosophy (Buku XXXVII)".
Plato mengecam karya puisi yang terdapat dalam Hesiod dan Homer karena dianggap merendahkan atau tidak menempatkan dewa-dewa di tempatnya yang mulia. Hal ini, menurut Plato, akan mengakibatkan manusia dengan mudahnya berbuat berbagai tipe kejahatan sebagaimana yang dilakukan oleh dewa-dewa Yunani dalam berbagai karya yang diciptakan oleh penyair pada zaman itu. Dengan menggeneralisasi penilaian tersebut kepada seluruh puisi, Plato beranggapan bahwa puisi berakibat buruk kepada moralitas dan pendidikan bagi para pemuda.
Filsuf besar itu juga menilai bahwa puisi hanyalah karya imitasi yang berarti jauh atau tidak bisa menangkap esensi dari realitas yang ingin digambarkan dalam puisi tersebut. Plato dengan naifnya bertanya, bila penyair bisa menggambarkan dengan hebat dalam karyanya mengenai ilmu pengobatan, mengapa sang penyair tidak bisa menjadi seorang dokter atau pengobat yang ampuh juga. Sebenarnya pertanyaan itu juga bisa ditujukan kepada Plato, bila konsep Republik idealnya yang ditawarkan begitu hebatnya, mengapa tidak ada salah satu penguasa dari Athena (tempat tinggalnya) yang hidup sezaman dengannya tertarik untuk benar-benar menerapkan konsep pemerintahan yang ditawarkan oleh Plato?
Bahkan dalam kesimpulannya, Plato menyatakan bahwa seorang penyair hanya merangsang bagian inferior dari otak, maka seorang penyair tidak boleh dimasukkan dalam konsep pemerintahannya yang telah "tertata rapi", karena puisi hanya akan merangsang dan memperkuat elemen yang mengancam keberadaan nalar atau rasio. Dengan demikian, Plato menginginkan orang-orang yang memiliki rasionalitas tinggi tanpa adanya keinginan untuk memperkuat rasa kemanusiaan dan estetika yang telah mengalir dalam tubuh manusia semenjak orang itu lahir.
Aku mendapat kesimpulan bahwa pemerintahan yang ingin diciptakan oleh Plato adalah pemerintahan yang dipenuhi oleh orang-orang yang bersifat robot karena hanya mengutamakan rasionalitas dan merendahkan perasaan (yang sangat berfungsi dalam menciptakan empati dan rasa simpati antarsesama manusia). Perlu juga dicatat bahwa Plato merupakan filsuf yang antipemerintahan demokratis karena model pemerintahan seperti itulah yang ditudingnya telah mengakibatkan gurunya, Socrates, diadili dan divonis untuk membunuh diri dengan menenggak racun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar