Photobucket

Senin, 19 September 2011

KALA PENGAMEN BUS KOTA JADI PEGAWAI KEDUBES

Nasib orang memang tak gampang ditebak.

Pada Jumat (16/9) lalu, saat perjalanan pulang naik bus Kopaja AC S 13 (Ragunan-Slipi), aku bertemu dengan seseorang perempuan yang memakai baju safari berwarna hijau gelap. Awalnya aku tidak mengenalinya, tetapi setelah melihat secara seksama, aku baru menyadari bahwa dia adalah orang yang dulu kerap mengamen di bus kota Patas AC 16 (Rawangun - Lebak Bulus).

Kami pun bertegur sapa karena memang sebelumnya telah beberapa kali mengobrol. Ternyata sang pengamen itu, sebut saja Jen, saat ini telah menjadi seorang pegawai kedutaan besar Belanda di Jakarta. "Saya menjadi sopir di sana," kata Jen yang memang memiliki perawakan macho hingga agak seperti lelaki ini.

Ia bertutur bahwa dirinya, yang sebagian memang keturunan Belanda sehingga agak fasih berbahasa Londo, pada suatu saat bertemu dengan perempuan Belanda saat mengamen. Karena tertarik dengan Jen yang bisa berbahasa Belanda, ia pun mengajak Jen untuk bekerja di Kedutaan Besar Belanda. Pantas saja aku sudah lama tidak melihatnya mengamen di bus kota.

Jen bercerita mengenai banyak baju yang harus dipakainya, seperti baju hitam bila ada acara resmi di luar Kedubes, atau baju hijau bila tidak ada acara resmi. Selain itu, ia juga mengisahkan suka dukanya antara lain berangkat pagi (sekitar jam 4) dan pulang malam (biasanya di atas jam 8).

Sebelum menjadi pegawai kedubes, Jen biasa mengamen dari pagi hingga siang hari dan malamnya biasanya membawa truk pengangkut sembako ke berbagai daerah. Selain itu, sikapnya yang selalu ceria dan sangat suka berbicara dengan penumpang bus juga membuat Jen kerap mengenali para penumpang bus kota tempat dia menyumbangkan suaranya.

Ketika ditanya apakah kangen mengamen, dia tidak serta merta menjawab. Tetapi ia juga berseloroh bahwa di kedubes dilarang untuk bermain gitar karena dikhawatirkan dapat membuat kegaduhan atau suara yang berisik, hehehe.. Tetapi hebat kau Jen, seorang pengamen ibukota yang akhirnya dapat pula mendapatkan pekerjaan di salah satu kedubes :)

Btw, terkait dengan Kopaja AC S 13, aku kecewa karena terjadi ketidakkonsistenan. Tarif Kopaja AC tersebut telah naik dari Rp2.000 menjadi Rp5.000. Mudah-mudahan memang kenaikan tarif ini memang jalan yang terbaik untuk meningkatkan pelayanan angkutan umum tersebut, bukan hanya sekadar kesempatan untuk menambah penghasilan bagi para pengelolanya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar