Redaktur saya, Mas Teguh (MT), punya teori yang menarik. Ia berpendapat bahwa generasi saat ini, terutama bagi mereka yang sedang berpasangan atau menjalin hubungan istimewa, sudah kehilangan makna "rindu" yang sesungguhnya. Mengapa ia berani menyatakan demikian?
Ia menceritakan kisahnya ketika dahulu berpacaran jarak jauh semasa kuliah dengan mantan pacarnya (yang kini sudah menjadi istri dan memberikan MT sepasang anak yang lucu-lucu:). Alkisah, MT kuliah di Solo, sedangkan Sang Pasangan (SP) menimba ilmu di Yogya. MT menceritakan karena tempat kos-kosannya tidak memiliki telepon dan karena kondisi keuangan yang relatif pas-pasan, ia biasanya harus menunggu hingga jam 9 malam lewat untuk menelepon di wartel dekat kosan. Mengapa harus larut malam? karena saat itulah tarif telepon interlokal lagi murah-murahnya:)
Belum lagi saat tiba di wartel, MT harus menunggu lama karena banyak orang yang juga berniat menggunakan telepon karena alasan "waktu tarif murah" tersebut. Walhasil, terkadang MT baru bisa menelepon jam 11 malam dan itupun SP sudah tidur sehingga tidak ada perbincangan melepas rindu antara keduanya.
Kemudian, MT juga kerap menggunakan telegram untuk memberitahu SP agar mereka bisa pulang kampung bersama (Oya, aku lupa kasih tahu kalalu MT dan SP satu kampung halaman di Cilacap:) Jadi, ada kereta api tujuan Surabaya-Cilacap yang melewati Solo dan Yogya. Karena belum ada fasilitas sms untuk memberitahu dirinya ada di gerbong nomor berapa, kerap kali MT harus pulang sendirian ke Cilacap karena mungkin telegramnya tidak diterima SP..
MT juga masih menggunakan jasa surat menyurat untuk menumpahkan curahan hatinya kepada SP. Bila lagi rajin, menurut MT, dia bisa menulis hingga sekitar 3 - 5 halaman kuarto. Bahkan pada saat ini, masih menurut dia, kumpulan surat cintanya masih terkumpul dan sering mengenang masa-masa itu dengan istrinya. Itulah masa-masa "perjuangan", ketika kisah cinta antara seorang pemuda dan pemudi masih kerap menggantungkan rasa dan makna rindu yang sesungguhnya, menurut MT..
Saat ini, karena sudah zaman hp atau telepon seluler (ponsel), maka antarpasangan kini sudah lebih mudah dalam melepas rindu dan kangen, karena bisa menggunakan sms, menelepon langsung, atau bisa juga menggunakan fasilitas Skype di internet bahkan bila kita terpisah hingga ribuan mil jauhnya. Menurut aku pribadi, kecanggihan dan kemajuan teknologi merupakan sesuatu hal yang menakjubkan yang tidak mungkin kita tolak... Namun, setelah mendengar kisah MT, aku juga jadi bertanya-tanya..
Benarkah kita sebenarnya sudah kehilangan makna rindu?
Rindu tetap saja rindu
BalasHapusMenurutku...
Rindu rasa yang menggugah kalbu
Kadang membuat hati jadi malu
Zaman berkembang seakan membuat dunia jadi satu
Namun rindu tetaplah rindu
Sebuah "seni" dalam hatimu
Menurutku... :)