Photobucket

Kamis, 28 Juli 2011

HAH?! BAPAK MENIKAH UMUR 17 TAHUN?!

Sebut saja namanya Bapak Dari Tegal (BDT), usianya sekitar 50 tahun. Aku bertemu dengannya saat perjalanan pulang di dalam bus kota pada Kamis (28/7) ini. Awalnya, ia bercerita tentang para pengamen dan penjual asongan di bus yang semakin sopan sekarang. "Beda sama dulu, banyak yang suka maksa," katanya.

BDT mengaku, dia biasanya akan memberikan saja uang kepada para kaum "pemaksa" di bus kota karena tidak ingin berurusan panjang. "Bisa-bisa pisau mereka tancap di perut saya," ujarnya sambil benar-benar memeragakan tangannya yang seperti pisau menekan perut aku (jangan terlalu realistis peragaannya lha pak..)

Aku jawab sekenanya, "Kenapa tidak melawan pak? kan kalo meninggal sama saja mati syahid?" Mendengar itu, ia langsung menceramahi aku panjang lebar bahwa ia memiliki tanggungan lima orang anak dan kalau dia meninggal, maka siapa yang akan memberi makan mereka? (Wow, banyak juga anak bapak ini, pikirku..)

Obrolan itu lalu langsung bergeser ke keluarganya. BDT ternyata telah menikah dua kali. Ia tidak poligami (langsung dua istri secara bersamaan maksudnya..). Istri pertama telah diceraikannya karena menurut dia, sang istri telah "diguna-gunai" oleh sang Pak Lurah di kampungnya sehingga sang istri pertama itu kawin lagi menjadi istri kedua Pak Lurah (aku manggut-manggut..)

Padahal, usia perkawinan dengan istri pertamanya telah mencapai lebih dari 20 tahun dan mereka telah memiliki dua orang anak laki-laki (yang terbesar telah berusia 30 tahun dan bekerja di dinas perhubungan di Tegal). Kini, dia menikah lagi dengan perempuan (yang menurut BDT) bersikap lebih penurut dibanding istri pertamanya. Pernikahan keduanya juga telah memberinya tiga orang anak (satu laki-laki dan dua perempuan).

Iseng-iseng aku tanya, dulu menikah pertama kali umur berapa pak? BDT menjawab pada usia 17 tahun dan istrinya 14 tahun (Hah?! Bapak menikah umur 17 tahun?!). Menurut dia, orang zaman dahulu memang biasa menikah muda, beda dengan orang muda zaman sekarang yang sering menunda-nunda pernikahan. BDT bercerita, ia bertemu istri pertamanya langsung menyatakan rasa suka, dan kemudian mengajaknya pergi berdua pekan berikutnya, dan melamar pada pekan berikutnya lagi (talking bout a very fast love-to-marriage phase..).

BDT juga mengatakan (dan aku juga kaget ia sedemikian blak-blakan), bahwa dia belum "menembak" (if u know what I mean..) istrinya selama 40 hari pertama. Maklum, katanya, kita masih muda dan malu-malu.. Istri pertamanya juga baru hamil dua tahun setelah pernikahan mereka berlangsung.

Ia lalu melontarkan kritik antargenerasinya karena melihat anaknya yang terbesar masih juga masih belum berkeinginan untuk menikah dengan alasan ingin merintis karier yang lebih baik sehingga bisa menghidupi keluarga juga secara lebih baik pula. "Saya bingung anak saya yang sudah berusia 30 tahun belum mau menikah, saya saja menikah saat berusia 17 tahun.."

Aku juga bingung mau bilang apa, karena usiaku juga 30 tahun dan juga belum menikah.. Tapi, untung juga aku merahasiakan umurku dari BDT. Dan untungnya lagi, rumahku sudah dekat sehingga aku bisa tersenyum sambil mengatakan, "Maaf pak, saya turun di sini.." Dan BDT-pun juga ikut tersenyum mengiringi kepergianku dari bus kota tercinta ini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar