Photobucket

Kamis, 17 November 2011

CATATAN KECIL DARI NUSA DUA (6)

Tak ada yang namanya kebetulan. Mungkin Tuhan mentakdirkan aku liputan ke Bali selama sekitar 10 hari agar bisa menonton Indonesia versus Malaysia dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya...

Pasalnya, kalau ada pertandingan sepakbola timnas ditayangkan saat aku di Jakarta, aku pasti tidak pernah bisa menonton penuh. Pasti selalu saja ada alasan, seperti kerja, nonton acara yang lain, kerja, baca buku, kerja, bengong, kerja, makan malam dengan khusyuk, kerja, bergosip, kerja... (Tapi aku sama sekali bukan workaholic lho).

Nah, ternyata banyak orang yang ikut menonton tivi tepat di Media Center KTT ASEAN. Aku dan Lilik (teman satu kamarku yang selalu susah dibangunin kalo pagi hari itu, hehehe) mendapat tempat duduk eksklusif atau VVIP tepat di depan tivi di Media Center.

Saat kami berdua duduk manis (karena memang kami anak-anak manis) ternyata banyak kamera baik dari stasiun televisi maupun sampai kamera jepret (kuno banget ya make kata jepret?) yang mengambil gambar muka-muka kami yang sedang sangat bergairah panas membara untuk menonton bola.

Walhasil di otakku sudah terbayang foto kami muncul di surat kabar dan menghiasi acara berita hingga acara buru sergap dan sebagainya. Aku dengan cemas bertanya, "Lik, kita kalau ketahuan menonton dapat SP berapa?" Lilik dengan muka senyum nan teduh dengan nada merdu menjawab "SP 4.."

Pas nonton, karena yang lain teriak (maka aku pasti juga ikut teriak, kan aku solider..). Karena ternyata teriakan kami semua menganggu, sampai ada orang bule yang datang ke tempat kami dengan senyum menahan marah dan berkata "C'mon Folks, this is Media Center.." Maka dengan gaya Indonesia kami semua menaruh jari telunjuk kami di bibir dan berkata sssssttttt....

Mungkin doa orang yang teraniaya memang dapat langsung dikabulkan karena setelah bule yang sedang menahan amarah di dada itu pergi, tidak lama kemudian Indonesia langsung kebobolan 1-0, ya nasib ya nasib.

Dari pandanganku yang sangat obyektif dan adil serta tidak rasis ini aku dapat mengatakan bahwa wasit yang mirip orang **** itu selalu TIDAK PERNAH melihat handsball yang dilakukan pemain Malaysia. Apalagi para hakim garis yang juga seperti orang ***** itu TIDAK MELIHAT apa kalau gol itu berbau-bau offside..?! Tapi, mungkin saja penilaianku yang imparsial ini salah..

Walhasil, setelah babak pertama berakhir aku langsung kecewa dan segera meninggalkan tempat dudukku yang VVIP.. Yah, ini mungkin takdir aku lagi-lagi menonton sepakbola timnas dengan seksama dan dengan tempo sesingkat-singkatnya.. Tapi aku tetap berharap timnas Indonesia dapat seperti Garuda dan terbang lagi setinggi-tingginya di angkasa (C'mon, Garuda di dadaku...)

NUSA DUA, 17 NOVEMBER 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar