Photobucket

Sabtu, 27 Desember 2008

PESEPAKBOLA TERBAIK (SEMUA POSISI) DEKADE 90-AN!

Sepakbola adalah sebuah cuplikan estetika dari lapangan hijau yang pernah jatuh ke muka bumi ini dalam sepanjang sejarah umat manusia, meski tidak sedikit pula orang yang tidak menyukai permainan tersebut. Menurut “mereka”, sepakbola merupakan permainan membosankan berdurasi 90 menit dengan menamplkan sejumlah orang “gila” yang memperebutkan sebuah bola yang sama sekali tidak bernyawa.

Namun, di lain pihak, terdapat pula sekumpulan massa yang fanatik terhadap sepakbola, bersedia hidup dan mati demi sepakbola, bahkan hingga menjadikan permainan antarkesebelasan tersebut seperti halnya sebuah “agama”.

Baik yang pro maupun yang kontra memang memiliki argumennya masing-masing. Saya sendiri mengakui, sepakbola merupakan cabang olahraga yang saya gemari, meski tidak pernah bisa selihai Zidane dalam mengolah bola atau sehebat Mattheus dalam mengobrak-abrik barisan pertahanan lawan.

Sejujurnya, permainan sepakbola yang paling saya kenang merupakan pertandingan pada kurun waktu 90-an. Bukan karena saya menganggap bahwa dekade ini merupakan dekade yang terbaik dalam sejarah sepakbola (pernyataan tersebut tentu saja terasa tidak sopan bila mengingat kemashyuran legenda Tim Samba Brazil pada dekade 60-an hingga 70-an), atau bukan karena saya menganggap bahwa permainan pada abad ke-21 kini menjadi semakin membosankan (pernyataan tersebut mudah dipatahkan bila seseorang melihat permainan nan apik dari Thierry Henry, Steven Gerrard, atau Cristiano Ronaldo).

Tetapi, saya mengenang dekade 90-an karena pada periode itulah saya merupakan remaja yang sangat tergila-gila dengan yang namanya sepakbola. Hampir setiap hari, bila ada pertandingan sepakbola di televisi, saya mencoba untuk menontonnya. Tetapi setelah memasuki abad ke-21, waktu saya dalam menikmati pertandingan sepakbola tergerus oleh banyak kesibukan lainnya, mulai dari kuliah hingga memasuki dunia kerja.

Maka, sebelum kesibukan saya mulai membuat saya benar-benar sepenuhnya melupakan sepakbola (meski akal sehat saya mengatakan hal tersebut tidak mungkin terjadi!), saya ingin berbagi pendapat tentang berbagai orang-orang yang membuat pertandingan sepakbola pada dekade 90-an seakan-akan menjadi hal magis yang tidak mudah dilupakan dan selalu terkenang, tentu saja tidak hanya saya, tetapi juga para penonton sepakbola lainnya.

Pada posisi manajer, pilihan saya jatuh pada figur Alex Ferguson (Skotlandia/MU) dan Louis van Gaal (Belanda/Ajax). Sir Alex, tak pelak merupakan manajer paling mumpuni yang pernah ada di muka bumi. Karirnya di Manchester United sejak tahun 1986 diwarnai dengan berbagai penghargaan, baik di tingkat lokal maupun global. Kiprah piala yang didapatnya juga tidak berakhir bahkan hingga abad ke-21 kini. Sedangkan Van Gaal, merupakan figur pelatih yang mampu membangun para pemuda di Ajax sehingga sanggup melahirkan kekuatan tim muda yang mampu mematahkan dominasi dari tim veteran yang dijuluki “Dream Team” pada akhir dekade 80-an dan awal dekade 90-an, yaitu AC Milan.

Sementara itu, pada posisi lini pertahanan, kiper terbaik yang saya pilih adalah Jose Luis Chilavert (Velez Sarsfield/Paraguay) dan Peter Schmeichel (MU/Denmark). Chilavert merupakan sosok yang lebih dari sekedar kiper, ia juga merupakan pencetak gol piawai (dari tendangan bebas dan titik pinalti) dan seorang motivator kuat yang sekaligus menjadikannya pemimpin tim yang disegani, baik dari pihak kawan maupun lawan. Sedangkan Schmeichel, yang memiliki temperamen yang serupa dengan Chilavert, merupakan pemain palang pintu yang merupakan kunci pertahanan Manchester United pada masa kejayaannya di akhir abad ke-20 sehingga julukan “The Great Dane” merupakan sebutan yang benar-benar pantas disematkan kepadanya. Anak dari Schmeichel kini mengikuti jejak ayahnya dengan berkiprah di Premier League (Liga Inggris).

Posisi bek kanan pada tim dekade 90-an menurut saya layak jatuh kepada Henning Berg (Norwegia/Blackburn Rovers) dan Lilian Thuram (Prancis/Monaco). Seperti halnya Schemeichel yang merupakan kunci pertahanan timnya, baik Berg maupun Thuram merupakan pemain bek kanan terbaik yang paling konsisten yang pernah dimainkan oleh masing-masing timnya.
Sedangkan posisi bek kiri terbaik pada dekade 90-an tak pelak lagi harus jatuh kepada Roberto Carlos (Brazil/Real Madrid) dan Paolo Maldini (Italia/AC Milan). Kedua pemain ini memiliki ciri-ciri kehebatannya tersendiri, yaitu Carlos dengan tendangan “sambar geledek”-nya, dan Maldini dengan kepiawaiannya mengorganisasi pertahanan sekaligus membantu daya gedor serangan timnya.

Pada posisi stoper, pilihan saya jatuh kepada Alessandro Costacurta (Italia/AC Milan), dan Marcel Desailly (Prancis/Chelsea). Costacurta, dengan kemampuan takelnya yang kadang tak kenal kompromi, terasa lebih komplit lagi dengan keahliannya dalam memberikan umpan lambung kepada pemain di lini depan timnya. Sedangkan Desailly, yang juga sanggup bermain sebagai breaker atau gelandang bertahan, merupakan sosok bek yang kokoh bak batu karang dan namanya juga masuk dalam formasi ideal Chelsea sepanjang masa. Pada posisi libero, saya memasukkan nama Franco Baresi (Italia/AC Milan), sang “Il Capitano” legenda dari “Dream Team” AC Milan, dan juga Mathias Sammer (Jerman/Dortmund), yang sering disebut-sebut sebagai libero terbaik Jerman setelah “Der Kaizer” Franz Beckenbauer yang aktif bermain pada dekade 70-an.

Sementara itu, pada posisi breaker, pilihan saya jatuh pada Didier Deschamps (Prancis/Juventus) dan Frank Rijkaard (Belanda/AC Milan). Deschamps merupakan tulang punggung dari sejumlah tim yang pernah dimasukinya, termasuk dalam tim Prancis 1998 yang menjuarai Piala Dunia. Sedangkan Rijkaard, yang juga bisa berposisi sebagai bek tengah, merupakan benteng nan kokoh yang pertama kali harus dihadapi oleh para penyerang tim lawan dari “Dream Team”. Sayangnya, bila lolos dari sergapan Rijkaard, mereka masih harus menghadapi bek berkualitas seperti Baresi, Costacurta, dan Maldini.

Posisi sayap kanan yang terbaik pada dekade 90-an bagi saya adalah Roberto Donadoni (Italia/AC Milan), yang tetap konsisten dengan kelincahan dan permainan atraktif pada sisi kanan dari setiap tim yang dimasukinya, dan juga Clarence Seedorf (Belanda/Ajax), yang memiliki baik kemampuan bertahan maupun menyerang yang sama baiknya. Sedangkan posisi sayap kiri menurut saya harus ditempati oleh Edgar Davids (Belanda/Ajax), yang memiliki agresitivitas dan sikap pantang menyerah yang tak ada duanya, serta Ryan Giggs (Wales/MU), pengolah bola terbaik dan juga penyerang bertehnik tinggi yang pernah ada yang berasal dari Tanah Suku Kelt di dataran tinggi Wales.

Pada posisi playmaker atau pengatur serangan, tidak pelak lagi saya harus menjatuhkan pilihan kepada dua maestro lapangan hijau sepakbola yang pernah ada di dua ujung dekade 90-an, yaitu Lothar Mattheus (Jerman/Bayern Munich) yang pernah meraih Piala Dunia 1990, dan Zinedine Zidane (Prancis/Juventus) yang pernah merengkuh gelar yang sama dalam Piala Dunia 1998. Sedangkan untuk menentukan posisi penyerang, saya merasa hal tersebut merupakan pilihan yang sukar karena banyak penyerang yang hebat dan layak masuk dalam daftar ini. Tetapi setelah menimbang-nimbang, saya menjatuhkan pilihan kepada empat penyerang ini, yaitu Alan Shearer (Inggris/Newcastle United), Roberto Baggio (Italia/Juventus), Marco van Basten (Belanda/AC Milan), dan George Weah (Nigeria/AC Milan).

Terakhir, untuk posisi wasit, saya dan barangkali banyak orang lainnya yang gemar menonton sepakbola pada dekade 90-an, tentu saja tidak mudah untuk melupakan kiprah wasit Pierluigi Collina yang kerap dijuluki Kojak itu. Prestasi wasit yang tegas dan disegani para pemain itu antara lain pertandingan Final Olimpiade 1996 (Nigeria v Argentina) dan Final Piala Champions 1999 (MU v Bayern Munich). Pada ajang Piala Dunia, selewat dekade 1990-an ia sempat memimpin partai puncak antara Brazil melawan Jerman pada Piala Dunia 2002 di Jepang-Korea Selatan. Collina juga menjadi satu orang Italia diantara 6 warga Italia lainnya yang masuk dalam daftar saya. Hal tersebut juga membuat negara Spaghetti itu menjadi penyumbang terbesar dalam daftar pesepakbola terbaik dekade 90-an yang saya buat ini, yang kemudian diikuti oleh Belanda (5 orang) dan Prancis (4 orang).

Sabtu/26 Desember 2008
16.05 WIB

Daftar lengkap pesepakbola terbaik (semua posisi) pada dekade 90-an!

Manajer : Alex Ferguson (31 Desember 1941), Louis van Gaal (8 Agustus 1951)
Kiper : Jose Luis Chilavert (27 Juli 1965), Peter Schmeichel (18 November 1963)
Bek Kanan : Henning Berg (1 September 1969), Lilian Thuram (1 Januari 1972)
Bek Kiri : Roberto Carlos (10 April 1973), Paolo Maldini (26 Juni 1968)
Stoper : Alessandro Costacurta (24 April 1966), Marcel Desailly (7 September 1968)
Libero : Franco Baresi (8 Mei 1960, Pemain tertua dalam daftar), Matthias Sammer (5 September 1967)
Breaker : Didier Deschamps (15 November 1968), Frank Rijkaard (30 September 1962)
Sayap Kanan : Roberto Donadoni (9 September 1963), Clarence Seedorf (1 April 1976, Pemain termuda dalam daftar)
Playmaker : Lothar Mattheus (21 April 1961), Zinedine Zidane (23 Juli 1972)
Striker : Alan Shearer (13 Agustus 1970), Marco van Basten (31 Oktober 1964)
Forward : Roberto Baggio (18 Februari 1967), George Weah (1 Oktober 1966)
Sayap Kiri : Edgar Davids (13 Maret 1973), Ryan Giggs (29 November 1973)
Wasit : Pierluigi Collina (13 Februari 1960)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar