Miliaran buku yang telah terbit di muka bumi ini tak pelak lagi merupakan anugerah yang kerap tersia-siakan. Hal tersebut karena tidak semua dari karya tersebut dapat dibaca oleh seorang manusia yang terbatas usia dan kemampuannya.
Sebagai salah seorang manusia, saya juga terkadang menyesal karena tidak bisa memiliki kemampuan seperti komputer yang bisa menyerap dan mengingat beragam kata hingga tidak terbilang banyaknya.
Namun, keterbatasan yang dimiliki manusia juga merupakan salah satu pendorong bagi saya untuk dapat mengurutkan 50 buku favorit yang pernah saya baca.
Berdasarkan tahun penerbitan dari daftar 50 buku tersebut, saya menemukan bahwa rentang buku favorit saya berasal dari dekade 1930-an hingga saat ini, atau tepatnya 2 buku pada 1930-an, 4 buku pada 1940-an, 0 buku pada 1950-an, 1 buku pada 1960-an, 5 buku pada 1970-an, 9 buku pada 1980-an, 8 buku pada 1990-an, dan 21 buku pada 2000-an (hingga 2008).
Buku paling awal dalam daftar buku favorit saya adalah Murder on Orient Express (Agatha Christie/1933). Buku yang menokohkan tokoh detektif favorit saya, Hercule Poirot, ini menurut saya merupakan satu-satunya buku pembunuhan yang menyajikan jumlah pembunuh terbanyak untuk sebuah korban.
Buku favorit lainnya dari dekade yang sama adalah Ten Little Niggers, yang juga merupakan karangan Agatha Christie pada 1939. Keeksotisan buku tersebut antara lain adalah kesepuluh tokoh utamanya semuanya meninggal dunia, bagaikan sebuah setting kejahatan sempurna.
Ten Little Niggers, yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi Sepuluh Anak Negro itu menurut saya juga merupakan tonggak kisah mengenai sejumlah orang calon mangsa pembunuh psikopat yang terperangkap dalam sebuah tempat yang terisolasi (bisa itu sebuah pulau, rumah, losmen, dan sebagainya).
Tak pelak lagi, dua buku tersebut juga menempatkan Agatha Christie sebagai sosok pengarang favorit saya pada masa sebelum Perang Dunia Kedua (PD II), yang terjadi pada rentang waktu 1939 hingga 1945.
Dua buku favorit saya yang terbit pada masa PD II adalah Fear (Ron L Hubbard/1940) dan Death Come as the End (Agatha Christie/1945). Mengenai Ron Hubbard, terlepas dari segala kontroversi yang dimilikinya, buku Fear merupakan salah satu buku klasik yang mempengaruhi banyak penulis kisah fiksi-horor-thriller di masa-masa selanjutnya.
Setahun setelah PD II berakhir, muncul dua buku yang sangat menarik perhatian saya, yaitu buku nonfiksi History of Western Philosophy (Bertrand Russell/1946) dan buku fiksi The Little Princes (Antoine Saint de Exupery/1946). Meski berbeda genre, kedua buku tersebut menuturkan filsafat dengan gayanya masing-masing, yaitu Russell dengan penjabaran ilmiah yang dilengkapi analisis mendalam dan tertata secara kronologis, sedangkan de Exupery menggelontorkan nilai-nilai filsafat dalam bentuk simbolisasi petualangan seorang anak kecil imajiner yang juga didasari atas pengalaman hidupnya semasa menjadi pilot pesawat terbang selama perang.
Sayang sekali, tidak ada buku dari dekade 1950-an yang masuk ke dalam deretan buku favorit saya. Hal ini mungkin karena keterbatasan saya dalam mencari buku-buku yang beresensi pencerahan yang terbit pada masa tersebut. Atau, mungkin saja karena pada saat itu umat manusia lebih banyak berupaya untuk membangun kembali tatanan dunia secara nyata akibat kehancuran yang dialami semasa perang, sehingga pola pemikiran kreatif yang tertuang dalam bentuk buku atau karya tulis lainnya untuk sementara harus terpinggirkan terlebih dahulu.
Pada dekade 1960-an, hanya satu buku yang masuk dalam daftar buku saya yaitu Charlie and the Chocolate Factory (Roald Dahl/1964). Roald Dahl ternyata merupakan seorang pengarang buku anak-anak yang andal yang dibuktikannya dengan menulis tiga buku lainnya yang termasuk dalam favorit saya, yaitu The Witches (1983), Boy: Tales of Childhood (1984), dan Mathilda (1988). Pengarang Inggris berdarah Norwegia itu tak pelak lagi merupakan penulis buku anak-anak favorit saya.
JK Rowling, yang telah menuliskan tujuh buku Harry Potter 1-7 sepanjang 1997 hingga 2007 juga termasuk penulis favorit saya, tetapi buku yang membawa pembaca ke dalam sebuah budaya baru tentang dunia penyihir membentang tidak hanya sebagai sebuah buku anak-anak tetapi juga merupakan buku remaja bahkan juga dewasa.
Buku fiksi lainnya yang termasuk dalam daftar buku saya tentu saja tidak mungkin cukup untuk dijabarkan dalam buku ini, tetapi yang mencuat dan sangat mencerahkan bagi seorang penikmat buku seperti saya antara lain The Alchemist (Paolo Coelho/1988), Da Vinci Code (Dan Brown/2003), dan Pope Joan (Donna W Cross/1996).
Tidak lupa harus saya sebutkan pula trilogi yang merupakan karya dari pengarang buku drama-motivasi favorit saya, Mitch Albom. Ketiga karyanya yang berjudul Tuesday With Morrie (1997), The Five People You Meet in Heaven (2003), dan For One More Day (2006). Buku-buku tersebut mengisahkan berbagai kisah mengharukan dan mengandung nilai esensi kehidupan yang dapat dirasakan oleh banyak orang yang lahir dari latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Bagaimana halnya dengan buku nonfiksi? Menurut saya, buku yang merupakan pendobrak dan pencetus dari suatu pemahaman pascakolonial adalah Orientalism (Edward Said/1978). Sebelum ada buku tersebut, sangat sedikit sekali buku nonfiksi yang dituliskan pengarangnya dalam bentuk yang obyektif dan tidak menghakimi seseorang berdasarkan budaya atau tempat nenek moyangnya berasal. Buku nonfiksi sebelum Orientalism yang bisa masuk dalam daftar buku saya adalah Western Philosophy yang telah disebutkan di atas, buku The Influence of Islam on Medieval Europe (W Montgomery Watt/1972), dan buku Berkenalan dengan Eksistensialisme (Fuad Hassan/1973).
Pada tahun bersamaan dengan terbitnya Orientalism, saya juga “jatuh hati” dengan buku The 100, Ranking of the Most Influential Persons in History (Michael H Hart/1978), yang merupakan inspirasi dari berbagai tulisan saya khususnya yang berkaitan dengan urut-mengurut. Begitu pula buku The 100 ini yang saya gunakan sebagai dasar daftar buku favorit saya. Saya juga memutuskan bahwa buku dari Amerika Serikat ini merupakan buku sekuler favorit saya sepanjang masa (hingga saat ini).
Sedangkan buku favorit saya dari genre nonfiksi lainnya antara lain adalah Islam: A Short History (Karen Armstrong/2003), Yudas Bukan Pengkhianat (M Musadiq Marhaban/2003), The Evolution Deceit (Harun Yahya/2000), dan They Dare to Speak Out (Paul Findley/1985).
Sementara itu, pengarang favorit saya dari Tanah Air yang menurut saya memiliki kemampuan menulis yang mumpuni dan konsisten dalam memaparkannya dalam bentuk karya yang berkualitas adalah Andrea Hirata, yang telah menelurkan tetralogi Laskar Pelangi (2005), Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), dan Maryamah Karpov (2008).
Buku yang berisi khusus tentang bidang penulisan kreatif yang masuk dalam buku saya hanya satu, yaitu On Writing (2000), yang sebenarnya ditulis oleh Stephen King, sosok yang sebenarnya lebih diingat masyarakat sebagai penulis beragam buku horor-thriller yang laris manis di pasaran, tetapi tidak ada dari buku jenis tersebut yang dikarang King yang masuk dalam daftar buku favorit saya.
Mudah-mudahan ulasan singkat tentang daftar 50 buku favorit ini bisa mengilhami orang lain untuk membuat daftar buku favorit lainnya, yang dibuat berdasarkan urutan yang menurutnya dari paling disukai hingga agak disukai…
Jakarta, 14 Desember 2008
10.45 WIB
Muhammad Razi Rahman
DAFTAR 50 BUKU FAVORIT
1. The 100, Ranking of the Most Influential Persons in History (Michael H Hart/1978).
2. The Alchemist (Paolo Coelho/1988)
3. Islam: A Short History (Karen Armstrong/2000)
4. Da Vinci Code (Dan Brown/2003)
5. Yudas Bukan Pengkhianat (M Musadiq Marhaban/2003)
6. Pope Joan (Donna W Cross/1996)
7. Orientalism (Edward Said/1978)
8. Tuesday With Morrie (Mitch Albom/1997)
9. The Five People You Meet in Heaven (Mitch Albom/2003)
10. For One More Day (Mitch Albom/2006)
11. The Evolution Deceit (Harun Yahya/1985)
12. They Dare to Speak Out (Paul Findley/1985)
13. Death Come as the End (Agatha Christie/1945)
14. The Kite Runner (Khalid Husseini/2003)
15. A Thousand Splendid Suns (Khalid Husseini/2007)
16. The Islamists (Ed Husain/2007)
17. The Inflence of Islam in Medieval Europe (W Montgomery Watt/1972)
18. Harry Potter 7 (JK Rowling/2007)
19. Harry Potter 6 (JK Rowling/2005)
20. Harry Potter 5 (JK Rowling/2003)
21. Harry Potter 4 (JK Rowling/2000)
22. Harry Potter 3 (JK Rowling/1999)
23. Harry Potter 2 (JK Rowling/1998)
24. Harry Potter 1 (JK Rowling/1997)
25. Disclosure (Michael Crichton/1994)
26. Curtain: Poirot Last Case (Agatha Christie/1975)
27. Ten Little Niggers (Agatha Christie/1939)
28. Murder on the Orient Express (Agatha Christie/1933)
29. Laskar Pelangi (Andrea Hirata/2005)
30. Totto Chan (Tetsuko Kuroyanegi/1981)
31. The Great Philosopers (Bryan Magee/1987)
32. Sang Pemimpi (Andrea Hirata/2006)
33. Ayat-ayat Cinta (Habiburrahman El Shirazi/2004)
34. Mathilda (Roald Dahl/1988)
35. Boy: Tales of Childhood (Roald Dahl/1984)
36. The Witches (Roald Dahl/1983)
37. Charlie and the Chocolate Factory (Roald Dahl/1964)
38. History of Western Philosophy (Bertrand Russell/1946)
39. Middlesex (Jeffrey Eugenides/2002)
40. Sphere (Michael Crichton/1987)
41. Fear (Ron L Hubbard/1940)
42. Berkenalan dengan Eksistensialisme (Fuad Hassan/1973)
43. The Curious Incident of the Dog in the Night Time (Mark Haddon/2003)
44. Timeline (Michael Crichton/1999)
45. The Rise and Fall of the British Empire (Lawrence James/1994)
46. On Writing (Stephen King/2000)
47. The Little Prince (Antoine de Saint Exupery/1943)
48. Edensor (Andrea Hirata/2007)
49. Maryamah Karpov (Andrea Hirata/2008)
50. The Silence of the Lambs (Thomas Harris/1988)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar